Sunday, May 24, 2009

STUDY KELAYAKAN EKOWISATA

Survey dan Analis
Sebelum kegiatan pengembangan dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan suatu study kelayakan untuk memastikan apakah pengembangan ekowisata layak atau tidak layak dilakukan di target lokasi. Kegiatan ini antara lain mencakup analisis sosial, analisis lingkungan, survey pasar, survey potensi desa, dan analisis ekonomi. Study ini dilakukan oleh konsultan proyek bersama-sama dengan tokoh-tokoh kunci masyarakat serta PT Bintan Resort Cakrawala.


Analisis Sosial
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui apakah masyarakat dapat menerima kehadiran proyek pengembangan ekowisata dan apakah mereka bersedia berpartisipasi dalam kegiatan ini. Juga untuk mengetahui bagaimana dampak sosial dari proyek ini.

Survey Potensi Desa
Untuk mengetahu seberapa besar potensi yang ada di ke dua desa yang dapat dikembangkan untuk kegiatan ekowisata dari mulai potensi alam, potensi budaya, potensi SDM sampai kepada ketersediaan energi sosial di desa.

Analisis Dampak Lingkungan
Perlu diketahui apakah kegiatan ekowisata yang nanti akan dilaksanakan dapat berpengaruh negatif atau positip terhadap lingkungan hidup. Misal apakah penggunaan perahu motor di sungai akan mempengaruhi ekosistem sungai? atau membawa rombongan wisman mendaki gunung bisa berpengaruh terhadap ekosistem di sana? Berapa jumlah maksimal yang diperbolehkan? Peralatan apa saja yang bisa digunakan untuk kegiatan ekowisata? Tindakan apa yang perlu dilakaukan untuk memperbaiki atau mencegah terjadinya kerusakan lingkungan? dsb.

Survey Pasar Ekowisata
Tujuannya untuk mengetahui seberapa besar minat wisman yang ada dikawasan BBIR untuk mengikuti kegiatan ekowisata di desa? Berapa besar potensi pasar? Jenis kegiatan apa yang mereka sukai/senangi. Berapa besar budget yang bersedia mereka belanjakan di desa? Berapa lama kegiatan yang mereka inginkan?, dsb. Survey dilakukan di Ferry Terminal terhadap wisman yang datang. Digunakan variasi sample wisman berdasarkan kebangsaan, golongan usia, jenis profesi, jenis kelamin, dsb

Analisis Ekonomi (Cost and Benefit)
Melakukan analisis untuk mengetahui apakah kegiatan ekowisata ini bisa 'sustain' atau berkelanjutan dan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar?. Apakah usaha ekowisata bisa bertahan secara bisnis dengan memperhitungkan berbagai faktor resiko dan persaingan bisnis.

Sosialisasi Hasil Study
Hasil survey berikut analisanya disosialisasikan dan di diskusikan secara terbuka dengan seluruh stakeholder. Setelah itu baru disusun langkah-langkah kegiatan pengembangan ekowisata

sumber : http://www.ekowisata.info




Friday, May 15, 2009

Pariwisata Kabupaten Pekalongan

Pekalongan telah lama dikenal sebagai kota batik, dan salah satu pusat produksi batik berada di Kecamatan Buaran dan Wiradesa. Beberapa nama produsen batik yang cukup dikenal diantaranya Batik Humas (singkatan dari Husein Mohammad Assegaff). Sedangkan pabrik sarung (kain palekat) terkenal di Pekalongan antara lain Gajah Duduk dan WadiMoor.

Di bagian selatan terdapat daerah wisata pegunungan Linggo Asri, terletak 37 km sebelah selatan Kota Pekalongan arah Kajen (dari jalan Jakarta-Semarang pertigaan Wiradesa ke selatan atau dari kota Pekalongan arah Buaran), dimana daerah tersebut terdapat pemandian dan taman bermain seta wisata hutan pinus milik Perum Perhutani dan juga terdapat komunitas masyarakat Hindu di Pekalongan.Disini terdapat peninggalan berupa lingga dan yoni yang terletak sekitar 500 meter dari kompleks pemandian linggo asri.

Sebenarnya masih banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Pekalongan, antara lain, Pantai Sunter Depok, Ekowisata Petungkriyono, Wisata Air, Wisata hutan, Wisata budaya dll. Pekalongan masih menunggu investor yang ingin mengembangkan obyek wisata ini.

Buat penikmat makanan, Pekalongan menyediakan wisata kuliner berupa Taoto dan nasi megono, Taoto adalah sejenis soto yang dibuat dengan kuah taoco dan dengan daging serta jerohan kerbau. Sedang megono adalah cacahan nangka muda yang dibumbui parutan kelapa dan dikukus yang cocok buat dinikmati saat masih panas.
sumber : wikipedia

Tipe Desa Wisata

Menurut pola, proses dan tipe pengelolanya desa atau kampung wisata di Indonesia sendiri, terbagi dalam dua bentuk yaitu tipe terstruktur dan tipe terbuka.

Tipe terstruktur (enclave)
  1. Tipe terstruktur ditandai dengan karakter-karakter sebagai berikut :
  2. Lahan terbatas yang dilengkapi dengan infrastruktur yang spesifik untuk kawasan tersebut. Tipe ini mempunyai kelebihan dalam citra yang ditumbuhkannya sehingga mampu menembus pasar internasional.
  3. Lokasi pada umumnya terpisah dari masyarakat atau penduduk lokal, sehingga dampak negatif yang ditimbulkannya diharapkan terkontrol. Selain itu pencemaran sosial budaya yang ditimbulkan akan terdeteksi sejak dini.
  4. Lahan tidak terlalu besar dan masih dalam tingkat kemampuan perencanaan yang integratif dan terkoordinir, sehingga diharapkan akan tampil menjadi semacam agen untuk mendapatkan dana-dana internasional sebagai unsur utama untuk “menangkap” servis-servis dari hotel-hotel berbintang lima.
Contoh dari kawasan atau perkampungan wisata jenis ini adalah kawasan Nusa Dua, Bali dan beberapa kawasan wisata di Lombok. Pedesaan tersebut diakui sebagai suatu pendekatan yang tidak saja berhasil secara nasional, melainkan juga pada tingkat internasional. Pemerintah Indonesia mengharapkan beberapa tempat di Indonesia yang tepat dapat dirancang dengan konsep yang serupa.

Tipe Terbuka (spontaneus)
Tipe ini ditandai dengan karakter-karakter yaitu tumbuh menyatunya kawasan dengan struktur kehidupan, baik ruang maupun pola dengan masyarakat lokal. Distribusi pendapatan yang didapat dari wisatawan dapat langsung dinikmati oleh penduduk lokal, akan tetapi dampak negatifnya cepat menjalar menjadi satu ke dalam penduduk lokal, sehingga sulit dikendalikan. Contoh dari tipe perkampungan wisata jenis ini adalah kawasan Prawirotaman, Yogyakarta.

Desa wisata

Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. ( Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 2-3)

Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata :
1. Akomodasi : sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.

2. Atraksi : seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti : kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik.

Kriteria Desa Wisata

Pada pendekatan ini diperlukan beberapa kriteria yaitu :
  1. Atraksi wisata; yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa.
  2. Jarak Tempuh; adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari ibukota provinsi dan jarak dari ibukota kabupaten.
  3. Besaran Desa; menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisataan pada suatu desa.
  4. Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan; merupakan aspek penting mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu dipertimbangkan adalah agama yang menjadi mayoritas dan sistem kemasyarakatan yang ada.
  5. Ketersediaan infrastruktur; meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan sebagainya.

Masing-masing kriteria digunakan untuk melihat karakteristik utama suatu desa untuk kemudian menetukan apakah suatu desa akan menjadi desa dengan tipe berhenti sejenak, tipe one day trip atau tipe tinggal inap.


Sedangkan Edward Inskeep, dalam Tourism Planning An Integrated and Sustainable Development Approach, hal. 166 memberikan definisi : Village Tourism, where small groups of tourist stay in or near traditional, often remote villages and learn about village life and the local environment. Inskeep : Wisata pedesaan dimana sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau dekat dengan suasana tradisional, sering di desa-desa yang terpencil dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat.

Pengertian Pariwisata

Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia.

Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi; jasa keramahan - tempat tinggal, makanan, minuman; dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.

Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.

summber : wikipedia

Tokoh Wisata : Robby Ko King Tjoen

Dr Robby Ko King Tjoen dilahirkan di Magelang, 4 Januari 1936 Putra ke-2 dari Ko Khoen Gwan, Pedagang Tembakau dan Direktur Produksi serta pemilik Saham Pabrik Serutu "Ko Kwat Ie" Magelang. Riwayat Pendidikan: SD dan SMP di Semarang (Dominico Savio), SMA Santo Aloysius di Bandung, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1962, dan Spesialis Penyakit Kulit FKUI 1966.

(1)Sejak di SMP gemar lintas alam dan melakukan dokumentasi fotografi dan penelitian sederhana dalam bidang biologi dan geologi, mengikuti jejak Dr Frans Junghuhn, yang pada abad 18 mendata (mengeksplorasi)hampir semua gunung di pulau Jawa. Pada thn 1973 pertama kali menelusuri goa Sripit/goa Lawa di Trenggalek. Langsung tertarik menelusuri goa-goa lainnya di pulau Jawa. (2)Landscaping, gardening (3)Interior Decoration. (4)Melukis (5)Fotografi

Karier non-formal: Menemukan fakta, bahwa secara Internasional, sejak permulaan abad 19, Goa dan lingungannya diakui memiliki nilai ilmiah. Dikenal sebagai Ilmu SPELEOLOGI. Lingkungan batugamping juga diteliti melalui Ilmu KARSTOLOSI. Karena di Indonesia kedua Ilmu itu belum dikenal dan belum ditekuni, maka ia MEMPELOPORI melalui Penelitian, Konsultasi, Ceramah Ilmiah, Penyelenggaraan berbagai Pertemuan lmiah secara Lokal maupun Nasional melalui Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia. Kedua ilmu ia tekuni secara otodidak dengan melakukan pendataan, penelitian, kunjungan lapangan, pertemuan ilmiah, serta mengikuti pendidikan (Short Courses) SPELEOLOGI-KARSTOLOGI dan EKSPLORASI GOA di AS, Belgia, Italia, Tseko, Perancis dan Inggeris. Pada tahun 1983, ia dipilih sebagai WAKIL RESMI Union Intenationale de Speleologie untuk Indonesia. Dari tahun 1986-2000 ia dipilih menjadi ADJOINT SECRATARY dari UIS untuk Kawasan Australia-Asia. Pada thun 1983 dipilih menjadi Ketua Umum HIMPUNAN KEGIATAN SPELEOLOGI INDONESIA, yang didirikan pada 23 Mei 1983 di Cilacap oleh 7 penggemar penelusuran goa.

Ada lebih dari 100 makalah yang ia pernah tulis dalam bidang BIOSPELEOLOGI, KONSERVASI, SPELEOGENESIS, MANAJEMEN WISATA GOA, HIDROLOGI KARST, ARKEO-PALEONTOLOGI, SEDIMENTOLOGI, PENDIDIKAN SPELEOLOGI, TEHNIK PENELUSURAN GOA, MANAJEMEN KAWASAN KARST, VEGETASI KARST, sehingga diakui sebagai NARA SUMBER permasalahan Karst dan Goa oleh berbagai Instansi Pemerintah maupun Perguruan Tinggi, oleh IUCN dan World Bank.

Ia pernah diminta penjadi guru tamu di Balai Pendidkan dan Latihan Pariwisata (ex NHI) Bandung untuk mata kuliah Management Wisata Goa dan Minat Khusus (1986-1989) Fakultas Kehutanan IPB dalam matakuliah Konservasi Hutan Kawasan Karst (1987-1989) dan Sekolah Pasca Sarjana IPB dalam matakuliah Ekowisata (2000). Kursus Ahli Konservasi Alam, PUSDIKLAT HUTAN Departemen Kehutanan, dalam matakuliah Konservasi Flora-Fauna kawasan Karst (1988-2001). Dosen di Lembara Ekologi UNPAD dalam matakuliah Koservasi Kawasan Karst dan Goa (1989) Dosen dalam matakuliah Management Wisata Alam dan Ekowisata di Jurusan D3 Pariwisata, FISIP U dan penulis BUKU OBYEK WISATA ALAM. Pembimbing S1, S2, S3 dalam bidang Wisata Goa, Konservasi Karst, Hidrologi Karst, Sosiologi Kawasan Karst,Segi Hukum Kawasan Karst untuk mahasiswa IPB, ITB, UI.

Keanggotaan: IUCN-Chyroptera Specialist Group-Species Survival Committee sejak 1989. WCPA-sejak tahun 2001. Federation Francaise de Speleologie (FFS), British Cave Research Association (BCRA) Undergound Laboratory MOULIS (CNRS-Perancis) Ikatan Dokter Indonsia (IDI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin (PERDOSKI)

Penghargaan: Thn 1989-American Biographical Institue: Distinguished Membership Award for Oustanding Pioneering Work in Karsto-Speleology. 2 Agustus 1999-Penghargaan Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya, atas keberhasilan dalam meraih Prestasi Kepeloporan Pengembangan Eko-Karstologi/Wisata Goa. 5 Juni 2001-Piagam Penghargaan dari Menteri Negara Lingkungan Hidup sebagai Penerima Penghargaan KALPATARU dalam kategori Pembina Lingkungan. 5 Juni 2001-Tanda Penghargaan KALPATARU dari Presiden Republik Indonesia. 15 Juni 2001-Piagam Penghargaan Walikota Bogor untuk prestasi mendapat KALPATARU. 27 Desember 2006-Piagam Penghargaan dari Gubernur Jawa Barat sebagai Pelopor Pengembangan Daya Tarik Wisata, Kategori Bidang Kepariwisataan Jawa Barat Tahun 2006.
sumber : http://id.wikipedia.org

Wisata Alam Gunung Mekongga

Gunung Mekongga merupakan gunung tertinggi di pegunungan Mekongga yang membentang di sisi utara wilayah Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Utara. Kawasan pegunungan ini merupakan jajaran pegunungan Verbeck yang puncak-puncaknya terdiri dari jenis batuan karst dataran tinggi. dengann puncak tertinggi 2.620 meter dpl[1], gunung ini merupakan gunung tertinggi di pulau Sulawesi.[2].

Secara geologis wilayah pegunungan ini terbentuk dari atol yang terangkat sekitar ratusan juta tahun yang lalu. Fenomena ini kemudian memberi ruang bagi jenis flora dan fauna yang khas yang kemudian menjadi biota endemic yang hanya terdapat di wilayah ini.

Pegunungan Mekongga, juga ideal untuk kegiatan trekking. Titik awal pendakian adalah dari Dusun Surolako, Desa Rantebaru di Kecamatan Ranteangin yang dapat dicapai dengan kendaraan roda empat sekitar empat jam dari kota Kolaka.

Selama perjalanan ke puncak yang butuh 5-6 hari, para pendaki gunung disuguhi suasana hutan tropis yang jarang dijamah orang, merdunya kicau burung, sampai acara menyeberangi pertemuan Sungai Mosembo dan Sungai Tinokari. Selain itu, mungkin akan berpapasan dengan anoa[3]

Rute pendakian
Pendakian dari pos terakhir pendakian hingga ke puncak Mekongga memakan waktu sekitar 5 hari. Pos terakhir pendakian terdapat di desa Tinukari desa terakhir pendakian yang secara administratif terletak di kecamatan Rante Angin, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Perhentian berikutnya yaitu "camp 1" di ketinggian 480 m dpl. Walaupun disebut camp, tapi tidak ada shelter seperti gunung di Jawa. Semuanya masih serba alami.

"camp 2" terdapat di ketinggian 1.380 m dpl. Dari sisi jalur mulai menanjak dan banyak sekali bekas longsoran. Sepanjang jalan banyak ditemukan air terjun kecil. Vegetasi yang dominan adalah tumbuhan berkayu bekas yang ditumbuhi lumut. Hal ini terjadi karena daerah ini sangat lembab. Kantong Semar dan aneka jenis anggrek bisa ditemukan dengan mudah.

Perhentian berikutnya adalah di "Musero-sero". Dalam keyakinan orang Mekongga, tempat ini diyakini sebagai pusat kerajaan jin untuk daerah Kolaka Utara. Dari Musero-sero perjalanan bertambah berat, kami harus memanjat tebing, dan tanjakan-tanjakan yang tanpa henti hingga sampai di "Camp 3".

Dari sisni bisa langsung menuju puncak Mekongga. Puncak Mekongga sendiri berbentuk kubah yang luas. Di sini terdapat goa-goa dengan stalagmit dan stalagtit yang indah. Satu lagi tantangan bagi para pencinta goa.
Sumber : http://id.wikipedia.org

Atraksi Kegiatan Wisata Kali Adem

a. Pengamatan G. Merapi dan Aktivitasnya

G. Merapi merupakan salah satu dari 129 gunung api paling aktif di dunia. Aktivitasnya dicirikan oleh keluarnya awan panas dengan sushu mencapi 600 - 800oC dan jarak luncur sejauh 3 - 13 km tetapi aktivitas kecil seperti guguran kubah lava dan lelehan lava pijar terjadi setiap hari dan merupakan atraksi yang sangat eksotik terutama pada malam hari.

b. Keindah Alam dan Kesegaran dan Kesejukan Udara Pegunungan

Kenampakan visual topografi lereng dan lembah G. Merapi terutama Lembah K. Kuning, K. Gendol dan Bebeng dengan hutan alam dan udara yang sejuk serta berbagai jenis tumbuhan nampak sangat eksotik dan atraktif.

c. Kegiatan Berkemah

Kegiatan berkemah dapat dilakukan di sekitar K. Kuning, Kinahrejo dan Kaliadem. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh para remaja pada saat liburan. Selain berkemah dapat pula dilakukan kegiatan pembekalan outdoor management, dan kepencinta-alaman lainnya.

d. Kegiatan Jelajah Alam (Trecking)

Bebarapa alternatif jalur trecking yang dapat dilalui antara lain :
Pusat Informasi Pariwisata (PIP) Kaliadem - Gua Jepang (Kalitengah Lor) - Klangon - Ds. Kaliadem - PIP Kaliadem.
PIP Kaliadem - Kinahrejo - Ngrangkah - Lembah K. Kuning - G. Plawangan - Dam Plunyon - Pangukrejo - Ds. Kaliadem - PIP Kaliadem.
PIP Kaliadem - Ds. Kaliadem - Pangukrejo - DAM Plunyon - Bendosari - PIP Kaliadem.
PIP Kaliadem - Ds. Kaliadem - Jambu Petung Merapi Golf - PIP Kaliadem.
Vogels (Kaliurang) - Bendosari - Dam Plunyon Pangukrejo - Ngrangkah - Kinahrejo - PIP Kaliadem.

Kegiatan jelajah alam ini akan dipandu oelh pemandu wisata dan tim pengaman.

e. Wisata Agro

Kegiatan wisata agro di Kawasan Kaliadem dan sekitarnya umumnya menikmati dan melihat kegiatan masyarakat dalam hal bertani, diantaranya : bersawah yakni menanam padi, berkebun dengan tanaman buah : nagka, melinjo, sawo, singkong, jagung, pepaya, pisang juga tanaman cengkeh, kopi dan tanaman sayuran. Kegiatan lain yang dapat menjadi daya tarik adalah kegiatan beternak sapi yang banyak dilakukan oleh penduduk di sekitar Kaliadem. Wisatawan dapat melihat tata laksana memeras susu dari sapi perah jenis FH (Fries Holland). Lokasi kegiatan wisata agro antara lain : Bendosari, tanaman kopi ds. Kepuharjo, Klangon.

f. Melihat dan Menikmati Alam Pedesaan
Pemukiman penduduk dengan rumah yang berarsitektur tradisional Jawa di Kepuharjo dan Umbulharjo secara umum.
Sosialisasi kehidupan di masyarakat Kepuharjo dan Umbulharjo yang ramah dan penuh dengan suasana kegotongroyongan.
Atraksi kesenian tradisional masyarakat di sekitar Kawasan Kinahrejo - Kalikuning - Kaliadem.

g. Melihat Upacara Ritual dan Tradisional
Upacara prosesi labuhan ke G. Merapi yang dilakukan oleh Kesultanan Kraton Yogyakarta di Dss. Kinahrejo pada Bulan Rejeb.
Upacara selamatan rutin dan selamatan insidentil seperti selamatan ternak pada bulan puasa, sunatan atau midang.
Upacara selamatan rutin dan selamatan insidentil seperti selamatan ternak pada bulan puasa, sunatan atau midang.

PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN KALIADEM DAN SEKITARNYA

Daerah Kaliadem termasuk kawasan di lereng selatan G. Merapi dengan ketinggan 1100 m di atas permukaan laut dan secara administratif termasuk Desa Kepuharjo, Kec. Cangkringan, Kab. Sleman. Kawasan ini memiliki udara sejuk dan memiliki banyak keindahan dan keunikan alam. Keberadaan G. Merapi dengan fenomena vulkaniknya, morfologi gunung dan lembahnya, hutan alam dengan keanekaragaman flora dan fauna serta kondisi sosial budaya yang unik merupakan potensi yang sangat besar untuk kegiatan wisata alam (ekowisata).

Daerah Kaliadem yang termasuk dalam koridor Kawasan Kaliurang-Kalikuning-Kaliadem-Klangon, terletak kurang lebih 25 - 30 km ke arah utara Kota Yogyakarta. Lokasi tersebut dapat ditempuh dari Yogyakarta (melalui Jl. Kaliurang), dari Solo (melalui Prambanan dan Cangkringan) atau dari Borobudur/ Magelang (melalui Tempel dan Turi).

Oleh karena kawasan ini merupakan daerah bahaya G. merapi maka upaya pengembangan ekowisata di kawasan tersebut harus dilengkapi dengan sistem penanggulangan bencana G. Merapi baik dari segi teknologi informasinya, teknologi mitigasinya maupun sistem kelembagaannya

Obyek dan Daya Tarik Wisata
Bentang alam yang sangat indah, segar, bebas polusi dan masih alami. Keindahan alam ini didukung oleh kondisi topografi dan hutam alam dengan jenis flora dan fauna yang beraneka ragam. Hal tersebut sangat menarik dan mendukung untuk tempat rekreasi, berkemah, lintas alam, jelajah alam dan kegiatan cinta alam lainnya.

Budaya masyarakat pedesaan yang masih asli antara lain dalam hal bercocok tanam padi, beternak, mencari rumput, menggali pasir, memasak dengan cara tradisional sangat potensiil menjadi obyek wisata dan menarik untuk dilihat.

Upacara tradisional dan ritual seperti upacara labuhan ke G. Merapi, selamatan, dan kesenian tradisional yang ada di Kawasan Kinahrejo Kaliadem merupakan daya tarik dan sangat berpotensi sebagai obyek wisata minat khusus. Upacara labuhan diadakan secara turun temurun sebagai sikap hormat penduduk terhadap kekuatan ghaib di G. Merapi. Upacara ini dilakukan pada Bulan Rejeb dan prosesinya dimulai dari Kraton Yogyakarta. Sehari sebelumnya dilakukan tirakatan di rumah Juru Kunci Merapi di Kinahrejo. Sedang kesenian tradisonal yang berkembang adalah ketoprak, wayang kulit, jatilan, selawatan, dan dolala yang juga merupakan event wisata yang cukup menarik. Kesenian tersebut biasanya dipentaskan dalam upacara arak-arakan pengantin, sunatan maupun midangan.
sumber : http://p3tl.bppt.go.id

Eko-turisme

Eko-turisme sering diartikan dengan ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
Lebih Jauh tentang ekoturisme :
  1. TIES
  2. Nature Conservancy ecotourism
  3. Conservation International
  4. Ecotourism Resource Centre
  5. Rainforest Alliance's Sustainable Tourism program
  6. IGU Commission on Tourism, Leisure and Global Change
  7. Ecotourism Australia - accreditation organisation and peak body.
  8. Great Ocean Road Ecotourism Information
  9. Ecotourism Resource Guide
  10. Ecotourism Resource Centre
  11. Ecotourism definintion and literature review
  12. Tourism Insight - ecotourism

Ekowisata Sentul City


Ekowisata Sentul City, originally uploaded by Wisata_Sentul.

Wisata Alam Sentul City provides trekking guides to Hutan Pinus & Gunung Pancar. Camping trips for school or Paintball Wargames in the wooded outdoors are also available for those who enjoy nature & the wilderness.

Sunday, May 10, 2009

Prinsip Ekowisata

Pengembangan ekowisata di dalam kawasan hutan dapat menjamin keutuhan dan kelestarian ekosistem hutan. Ecotraveler menghendaki persyaratan kualitas dan keutuhan ekosistem. Oleh karenanya terdapat beberapa butir prinsip pengembangan ekowisata yang harus dipenuhi. Apabila seluruh prinsip ini dilaksanakan maka ekowisata menjamin pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan (commnnity based). The Ecotourism Society (Eplerwood/1999) menyebutkan ada delapan prinsip, yaitu:

Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat. Pendidikan konservasi lingkungan. Mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilakukan langsung di alam. Pendapatan langsung untuk kawasan. Mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas kawasan pelestarian alam. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan. Masyarakat diajak dalam merencanakan pengembangan ekowisata. Demikian pula di dalam pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif. Penghasilan masyarakat. Keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan alam. Menjaga keharmonisan dengan alam. Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk wisata ekologis ini. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan minyak, mengkonservasi flora dan fauna serta menjaga keaslian budaya masyarakat. Daya dukung lingkungan. Pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan. Meskipun mungkin permintaan sangat banyak, tetapi daya dukunglah yang membatasi. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh negara atau negara bagian atau pemerintah daerah setempat.
sumber : wikipedia

Konsep Pengembangan Ekowisata

Untuk mengembangkan ekowisata dilaksanakan dengan cara pengembangan pariwisata pada umumnya. Ada dua aspek yang perlu dipikirkan. Pertama, aspek destinasi, kemudian kedua adalah aspek market. Untuk pengembangan ekowisata dilaksanakan dengan konsep product driven. Meskipun aspek market perlu dipertimbangkan namun macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan untuk menjaga kelestarian dan keberadaannya.

Pada hakekatnya ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik/ dan psikologis wisatawan. Bahkan dalam berbagai aspek ekowisata merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi. Dari aspek inilah ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar.
sumber : wikipedia

Pendekatan Pengelolaan Ekowisata

Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk waktu kini dan masa mendatang. Hal ini sesuai dengan definisi yang dibuat oleh The International Union for Conservntion of Nature and Natural Resources (1980), bahwa konservasi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan biosphere dengan berusaha memberikan hasil yang besar dan lestari untuk generasi kini dan mendatang.

Sementara itu destinasi yang diminati wisatawan ecotour adalah daerah alami. Kawasan konservasi sebagai obyek daya tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam.

Pendekatan lain bahwa ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan. Maksud dari menjamin kelestarian ini seperti halnya tujuan konservasi (UNEP, 1980) sebagai berikut:

1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang tetap mendukung sistem kehidupan.
2. Melindungi keanekaragaman hayati.
3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan ekosistemnya.


Di dalam pemanfaatan areal alam untuk ekowisata mempergunakan pendekatan pelestarian dan pemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan dengan menitikberatkan pelestarian dibanding pemanfaatan. Pendekatan ini jangan justru dibalik.

Kemudian pendekatan lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan kepada masyarakat setempat agar mampu mempertahankan budaya lokal dan sekaligus meningkatkan kesejah-teraannya. Bahkan Eplerwood (1999) memberikan konsep dalam hal ini:

Urgent need to generate funding and human resonrces for the management of protected areas in ways that meet the needs of local rural populations

Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur conservation tax untuk membiayai secara langsung kebutuhan kawasan dan masyarakat lokal.

Pengertian Ekowisata

Ekowisata lebih populer dan banyak dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah ecotourism, yaitu ekoturisme. Terjemahan yang seharusnya dari ecotourism adalah wisata ekologis. Yayasan Alam Mitra Indonesia (1995) membuat terjemahan ecotourism dengan ekoturisme. Di dalam tulisan ini dipergunakan istilah ekowisata yang banyak digunakan oleh para rimbawan. Hal ini diambil misalnya dalam salah satu seminar dalam Reuni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (Fandeli, 1998). Kemudian Nasikun (1999), mempergunakan istilah ekowisata untuk menggambarkan adanya bentuk wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.


Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada hakekatnva, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural aren), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budava bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya konservasionis.

Definisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.

Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai berikut: Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999). Dari kedua definisi ini dapat dimengerti bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat. Ternyata beberapa destinasi dari taman nasional berhasil dalam mengembangkan ekowisata ini.

Bahkan di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan pengertian ekowisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal ini seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism (Black, 1999) yang mendefinisikan ekowisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternative tourism atau special interest tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam
sumber : wikipedia

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR EKOWISATA

Chafid Fandeli *)

I. Pendahuluan

Indonesia sebagai negara megabiodiversity nomor dua di dunia, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Para explorer dari dunia barat maupun timur jauh telah mengunjungi Indonesia pada abad ke lima belas vang lalu. Perjalanan eksplorasi yang ingin mengetahui keadaan di bagian benua lain telah dilakukan oleh Marcopollo, Washington, Wallacea, Weber, Junghuhn dan Van Steines dan masih banyak yang lain merupakan awal perjalanan antar pulau dan antar benua yang penuh dengan tantangan. Para adventnrer ini melakukan perjalanan ke alam yang merupakan awal dari perjalanan ekowisata. Sebagian perjalanan ini tidak memberikan keuntungan konservasi daerah alami, kebudayaan asli dan atau spesies langka (Lascurain, 1993).


Pada saat ini, ekowisata telah berkembang. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk melakukan pengamatan burung, mengendarai kuda, penelusuran jejak di hutan belantara, tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan penduduk lokal. Ekowisata ini kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi. Oleh karenanya, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata bertanggungjawab.

Belantara tropika basah di seluruh kepulauan Indonesia merupakan suatu destinasi. Destinasi untuk wisata ekologis dapat dimungkinkan mendapatkan manfaat sebesar- besarnya aspek ekologis, sosial budaya dan ekonomi bagi masyarakat, pengelola dan pemerintah.

Destination areas elect to become involved in tourism primarily for economic reasons: to provide employment opportunities, to increase standard of leaving and, in the case of international tourism to generate foreign exchange. Tourism is viewed as a development tool and as a means of diversifying economics (Wall, 1995: 57).
sumber : wikipedia

Kata Kunci Ekowisata

Kata Kunci :  ekowisata, ekowisata pantai, ekowisata indonesia, artikel ekowisata, permasalahan ekowisata, pengembangan ekowisata, ekowisata bali, pengertian ekowisata, ekowisata hutan, ekowisata desa, potensi ekowisata, jurnal ekowisata, penelitian ekowisata, perencanaan ekowisata, definisi ekowisata, ekowisata pdf, ekowisata tangkahan, ekowisata di bali, ekowisata di taman, ekowisata pulau, ekowisata danau, kawasan ekowisata, dan ekowisata, pengembangan ekowisata, di ekowisata, di indonesia, ekowisata di ekowisata mangrove, ekowisata sumatera, bentuk ekowisata hutan, dan ekowisata, ekowisata adalah, ekowisata pesisir, ekowisata bahari, kegiatan ekowisata, pengelolaan ekowisata, ekowisata taman nasional, konsep ekowisata tentang ekowisata, ekowisata taman, produk ekowisata, manajemen ekowisata, dalam ekowisata, ekowisata berbasis jaringan, ekowisata, prinsip ekowisata, ekowisata berbasis masyarakat, yayasan ekowisata, ekowisata ipb

Ekowisata

Pengertian Ekowisata
Hector Ceballos-Lascurain pada tahun 1987 mengemukakan istilah ekowisata yaitu: "Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plantas and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present) found in the areas."

"Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini."

Ekowisata, ekoturisme, ecotourism

Ekowisata menurut The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
sumber wikipedia